Friday, 7 December 2018

Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga

Foto: Pixabay



Ketika kesalahan membuat manusia berhenti memandang ke masa depan dan kehilangan kesempatan brilian.


Pada sebuah kesempatan wawancara dengan salah seorang narasumber, beliau berulang kali mengutip perumpamaan “Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.” Beliau mengakhirinya dengan tawa terbahak, yang membuat saya kehilangan konteks terhadap arti ucapannya. Benarkah kemalangan orang yang harus menanggung hukuman sosial seumur hidupnya itu layak mendapat tertawaan yang sedemikian rupa?  

Anyway…Di siang Jakarta yang menyengat, ungkapan ini kembali terngiang di kepala bersama peribahasa lain: “Sekali jatuh lancung ke ujian.” Pertama kali mendengarnya, dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dulu, saya sempat berpikir…Betapa tidak pemaafnya manusia. Namun, begitulah hukum komunal berlaku. Mau tidak mau, harus mau dan terima saja. Benarkah ini satu-satunya opsi?

Permenungan saya berujung pada kisah pelantikan masa jabatan kedua Presiden Abraham Lincoln di bulan Maret 1856. Bersamaan dengan upacara pengambilan sumpah jabatan, Wakil Presiden Andrew Johnson sedang sakit demam typhoid.

Demi meredam rasa menggigil tubuhnya, Andrew minum whiskey. Seperti larutan kecap dan jeruk nipis yang oleh masyarakat Jawa dipercaya bisa meredakan batuk, maka di dunia barat whiskey dipercaya bisa meredakan flu dan gejala panas-dingin.

Agaknya, karena ingin tubuhnya segera pulih, Andrew mengonsumsi tiga gelas besar whiskey. Ini membuatnya mabuk dan bicara ngawur dalam pidato kenegaraannya yang pertama. Sebuah kenangan sejarah yang memalukan dan sama sekali tidak membanggakan bagi Amerika, tentunya. Bagaimana mungkin seseorang seperti Abraham Lincoln memilih wakil presiden Amerika Serikat seperti itu?

Peristiwa ini membuat protes mengalir deras kepada Presiden Lincoln. Dalam posisi mereka, saya pun akan melakukan protes keras yang sama. Namun, dalam keterkejutan saya, demikian Lincoln memberikan sikapnya:

I have known Andy Johnson for many years. He made a bad slip the other day, but you need not be scared. Andy ain’t a drunkard,” ungkap Abraham Lincoln saat itu.

Sampai pada kejadian itu, fokus saya hanya tertuju pada ucapan Lincoln. Terutama, pada kalimat yang mengatakan, bahwa ia telah mengenal Andrew Johnson sejak bertahun-tahun lamanya. Penilaiannya terhadap sang wakil presiden tidak berhenti pada waktu Andrew melakukan kesalahan fatal. Lincoln bersedia melihat sosok Andrew secara menyeluruh. Ia memberikan kesempatan pada Andrew untuk memperbaikinya.

Good employees make mistakes. Great leaders allow them to”. Ungkapan yang menjadi tajuk dari sebuah artikel bisnis di Forbes.com ini juga ikut menggambarkan karakter Abraham Lincoln sebagai sosok pemimpin besar di sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Meski di kemudian hari, setelah Lincoln dibunuh (sekitar sebulan setelah inagurasi), Andrew Johnson, yang kala itu menggantikan posisi Lincoln sebagai presiden, kembali mengulang dan bahkan membuat banyak kesalahan lainnya dengan pidato-pidatonya yang rasis. Dalam hal ini pun kita harus paham bahwa sekali melakukan sebuah kesalahan tidak mengapa, tapi lain halnya jika kita kembali mengulangi kesalahan yang sama. Ketika kita mengulang kesalahan yang sama untuk kali kedua, maka kita sudah 100 persen paham dengan konsekuensi yang harus kita hadapi.

Bagaimanapun, kesalahan menjadi cara terbaik yang membantu seseorang untuk belajar dan bertumbuh. Mengingat 10.000 kesalahan dan kegagalan Thomas Alfa Edison sebelum menemukan formula terbaik yang membawa terang lampu dalam keseharian kita, saya ingin menutup permenungan dengan mengutip ucapan Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama.

"Making your mark on the world is hard…It takes patience, it takes commitment, and it comes with plenty of failures along the way. The real test is not whether you avoid this failure, because you won’t. It’s whether you let it harden or shame you into inaction, or whether you learn from it; whether you choose to persevere.” – Barack Obama.  



Jangan biarkan kesalahan-kesalahan atau kegagalan kita di masa lalu menghentikan langkah kita untuk memenuhi panggilan menjadi manusia yang lebih baik di masa depan. Jangan pula kesalahan orang lain membuat kita berhak untuk melabeli seseorang sebagai pribadi yang gagal dan lancung ke ujian.

Dalam kedinamisan karya-NYA yang melintasi segala akal dan pemahaman manusia, Sang Pencipta turut bekerja dalam segala sesuatu, baik dan buruk, untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang bersedia memperbaiki diri. Allah tidak menciptakan kita sebagai manusia gagal. Patience and perseverance, tetap bertekun dalam kesabaran, dan tatap masa depan dengan cara pandang positif dan optimis. Selamat belajar hidup, Tuhan memberkati!

Belajar Dari Jagung

Kisah ini saya tulis sebagai kenangan sekaligus ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kakak saya, Teguh dan istrinya Caec...