Tuesday, 19 March 2013

Bertamu Ke Negeri Rahwana

Vatadage

Penggemar epos Ramayana mengenalnya dengan sebutan Alengka, tempat Raja Rahwana menyekap Shinta, kekasih Rama. Sementara itu naskah kuno sansekerta menggelarinya dengan sebutan Serendip, atau tanah kemilau. Pasalnya, negara kecil di selatan India ini memang sangat tersohor dengan keindahan koleksi batu permatanya. 

Lima hari memang waktu yang terlampau singkat untuk merekam semua keelokan yang ditawarkan oleh negeri seribu gajah ini. Namun saya cukup beruntung bisa menyaksikan senyum dan antusiasme baru rakyat Sri Lanka paska perang saudara. Berikut kisah perjalanan saya di “negeri Rahwana” itu.

BERTETIRAH KE MASA LALU
Sri Lanka bakal menjadi tempat tujuan sempurna bagi para pecandu sejarah. Reruntuhan bangunan kuil, istana, dan ukiran patung atau lukisan tembok kuno menjadi saksi yang mengisahkan zaman keemasan abad silam. Polonaruwa adalah tujuan pertama kami. Distrik yang terletak 216 km dari ibu kota negara Colombo ini di abad pertengahan menjadi pusat pemerintahan kerajaan kedua setelah Anuradhapura.

Beruntung Chaaya Village, Habarana, tempat kami menginap hanya berjarak sekitar 30 menitan dari lokasi situs. Pasalnya, malam sebelumnya – setelah menempuh perjalanan udara selama lima jam dari Jakarta menuju Sri Lanka (via Singapura) – kami baru saja tiba dari Colombo. Namun rasa kantuk kami sirna saat mendengar kisah kehebatan para raja yang mengalir dari Prabath Harshakumar, pemandu dari Jetwing Tour yang mengawal kami selama di Sri Lanka.






Apa yang diceritakan Kumar terbukti saat kami tiba di pusat reruntuhan kompleks kerajaan yang pernah diperintah oleh Raja Parakramabahu I. Selain reruntuhan istana raja tujuh lantai Vejayanta Pasada, tiga lainnya yang mencuri perhatian adalah ruang dengar pendapat dengan pilar-pilar batunya yang berukiran indah, kemudian Vatadage, bangunan mirip coloseum Roma dengan patung Budha bersemedi di tengah, serta stupa raksasa Dagobas. Semuanya terpelihara serta tertata dengan apik dan bersih. Pantas jika di tahun 1982 UNESCO memasukkan Polonnaruwa ke dalam daftar World Heritage (cagar budaya dunia).

Terik sinar Matahari makin menyengat ketika kami beranjak ke Gal Vihare. Makanya, kami sempat kaget ketika tahu bahwa untuk bisa masuk ke bagian utama kuil kami harus melepas alas kaki. Itu berarti harus berjalan bertelanjang kaki di atas pasir panas yang siang itu terasa bak penggorengan! Lagi-lagi keengganan ini dikalahkan oleh rasa penasaran terhadap patung Budha “tidur” berukuran panjang 14 meter yang diukir langsung dari sebongkah batu granit raksasa. 



The sitting Budha in Gal Vihare
“Sang seniman ingin mengabadikan posisi sang Budha ketika mangkat  (meninggal),” ungkap Kumar, panggilan akrab pemandu kami. Di saat itu Sang Budha sedang tertidur dengan separuh mata tertutup dan perut kosong. Secara keseluruhan ada empat ukiran patung dalam bongkahan batu granit raksasa tersebut. Tiga lainnya, adalah menggambarkan Budha sedang bersemedi, Budha dalam posisi berdiri, dan Budha dalam sebuah gua. Agar patung tetap awet dari udara panas, di atasnya dibangun kolam berisi air yang berfungsi sebagai pendingan. Raja penggemar arsitektur ini benar-benar memikirkan setiap detailnya!

Namun, ada hal lain yang membuat saya kagum pada Parakramabahu. Selain seleranya yang bagus dalam arsitektur, ia juga sangat perhatian pada nasib rakyatnya yang rata-rata petani. Di bawah pemerintahannya, daerah Anuradhapura dan Polonnaruwa yang termasuk wilayah kering disulap menjadi daerah pertanian subur. 

Jejak buktinya ini kami saksikan saat mengunjungi danau buatan raksasa Parakrama Samudraya (Samudra Parakrama) yang dibuat untuk menampung air selama musim hujan. Reservoir dari abad ke-12 yang mencapai luasan 2.430 hektar ini masih beroperasi hingga kini dan mampu mengaliri 11 kanal irigasi dan tiga reservoir kecil lainnya. Hebat!

Bersambung ke... "Menggoda Singa Gunung"

No comments:

Post a Comment

Belajar Dari Jagung

Kisah ini saya tulis sebagai kenangan sekaligus ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kakak saya, Teguh dan istrinya Caec...