Saturday, 2 April 2016

Mengingat Manusia Debu


Duduk diam dalam permenungan, tiba-tiba kesadaran membawa saya pada satu kisah kasih sempurna yang mengawal segala abad, dari mulanya hingga kekekalan.

Kisah ketika Allah, dengan hati yang hancur menjalin pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan Hawa. Sebab, ciptaan yang paling dikasihiNYA itu malu. Mereka tahu, bahwa diri mereka telanjang -- kesadaran pertama sejak mereka mengecap dosa yang mula-mula.

Tak terhitung betapa banyak dosa yang telah dibuat manusia dan keturunannya sejak saat itu. Tapi Ia, Sang Kasih itu, tidak dan tak akan pernah berubah. Dengan tangan kananNYA yang kuat, ditopangNYA manusia debu, hingga tak sampai jatuh tergeletak, dan terserak didalam kefanaannya.

Dalam pertobatan dan tinggal diam, sang manusia debu dipulihkan. Dalam tinggal tenang dan percaya kepadaNYA, si manusia debu mendapatkan kekuatan baru. Mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

No comments:

Post a Comment

Belajar Dari Jagung

Kisah ini saya tulis sebagai kenangan sekaligus ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kakak saya, Teguh dan istrinya Caec...