Kisah kita tak ubahnya perjalanan kereta Jakarta – Jogja
Sembilan jam dengan segala keloknya.
Duduk bersanding karena sepotong kertas bernomor.
Dalam diam berawal, kemudian sapa, dan beralur-alur cerita tentang siapa kita,
dan hidup yang selalu membuat orang bertanya, bagaimanakah akhirnya?
Tak terasa kereta pun tiba. Lalu, sepelempar senyum tanpa kata. Sebersit tatap mata.
Di timurmu aku melangkah, dan di baratku engkau memutar arah.
Hingga bayang kita lenyap ditelan senja, tak bersisa...
Rawamangun, 2011
No comments:
Post a Comment