Hidup itu seperti belajar berenang. Kemampuan pertama yang harus dikuasai adalah mengapung. Easier said than done! Makanya, saya masih belajar ;)
Tuesday, 23 December 2014
Cinta...Ohh...Cintaaa...
Jam 7 pagi kurang 10 menit, seperti biasa aku udah duduk manis di bus jurusan Rawamangun-Blok M yang mangkal di terminal. Kalau biasanya milih duduk di baris ke tiga, sekarang aku duduk di baris paling depan. Sambil nunggu waktu, iseng-iseng aku baca bukunya Allan+Barbara Pease: "Why Men Can Only Do One Thing at a Time and Women Never Stop Talking".
Lagi tengah-tengah serius baca, aku denger Si Bapak Sopir ngomong sama kondekturnya. "Kalau ada Mbak-Mbak yang mau naik, dibiilangin, nggak usah lari-lari, ditungguin kok." Si kondektur cuma cengar-cengir. Tapi celetukannya ga berhenti di situ, out of the blue, dia malah jadi nyeritain gimana dulu dia pertama kali ketemu sama istrinya.
Bapak sopir: Waktu itu bus saya baru saja ngetem di terminal Kampung Rambutan. Satu penumpang cewek naik. Mukanya gelisah, bolak-balik liat jam tangan. Waktu ditanya, ternyata dia harus cepet-cepet sampai kampus karena ada ujian. Kasihan, akhirnya saya nekat cabut dan ga lewat jalan biasa, tapi langsung lewat tol biar cepat nyampai. Padahal, cuma dia satu-satunya penumpang saya waktu itu. Eh, nggak tahunya, ternyata dia jadi istri saya...Hahaha..mau bagaimana lagi, namanya juga jodoh. Jalannya bisa aneh-aneh!
Waks! Romantis bingiitt!!!
Bapak sopir: Makanya, hari gini jangan kebanyakan teori! Lama dapetnya!
Denger omongan Pak Sopir aku langsung ketawa. Curiga, jangan-jangan dia cerita ini gara-gara baca sampul bukuku. Lho, tapi kan sampul bukunya in english?? Hmm...tapi kan istrinya orang kuliahan S1? Lha, memang di dunia ini ada yang kebetulan? Kebetulan aku baca buku ini, kebetulan aku dapet cerita itu? Rasanya kog...
Padahal aku baca buku itu bukan gara-gara desperate memahami makhluk unik -- kalau tidak bisa dikatakan aneh -- bernama cowok, tapi aku lagi nyari bahan buat kolom kecil di salah satu rubrik tetapku di majalah. Tapi tetep aja aku maluuu...Pelan-pelan kuselipkan buku itu ke dalam tas. Dem!
Tapi ada pikiran spontan yang langsung melintas di kepalaku: Gampang ya, mendapatkan kekasih? Tapi kalau dipikir, kasus si Bapak tadi sih ngga gampang-gampang amat! Dia harus ambil risiko ditilang polisi karena bawa bus lewat tol yang sebenernya bukan jadi jalurnya. Dia juga musti tahan diomelin panjang pendek sama kondekturnya gara-gara mereka kehilangan pemasukan dari sekitar 40-an penumpang, gara-gara cuma nganter satu penumpang doang.
Pas banget dong sama lagunya Tante Margie Segers: **ehemm, maklum old soul
"Kalau kau benar-benar sayang padaku….
Kalau kau benar-benar cinta
Tak perlu kau katakan semua itu
Cukup tingkah laku
Semua bisa bilang sayang….
Semua bisa bilang
Apalah artinya sayang…
Tanpa kenyataan…
Sekarang apalah artinya cinta
Kalau hanya di bibir saja
Cinta itu bukanlah main mainan
Tapi pengorbanan..."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belajar Dari Jagung
Kisah ini saya tulis sebagai kenangan sekaligus ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kakak saya, Teguh dan istrinya Caec...
-
Menikmati Harmoni Alam di Jantung Pedalaman Kalimantan Barat Heaven on earth . Kesan ini layak ditujukan pada kecant...
-
"Mendengar 'auman' Kartini dalam simbolisasi Macan Kurung" Tak hanya diabadikan sebagai nama jalan raya, jejak ...
-
Vatadage Penggemar epos Ramayana mengenalnya dengan sebutan Alengka, tempat Raja Rahwana menyekap Shinta, kekasih Rama. Sementara it...
No comments:
Post a Comment