Saat
sedang menjamu angin malam di teras rumah, seorang pedagang sate padang
melintas. Seperti biasa, saya selalu terkesan dengan kekreativan
pedagang keliling seperti dia.
Dengan perlahan, ia menarik gerobak yang penuh dengan tumpukan sate
berlapis-lapis dan bara batok kelapa yang mengepulkan asap. Lalu,
lengkingan unik suara yang saya tunggu-tunggu pun terdengar.... Sa (diucapkan lirih) Te (diucapkan lebih lantang, dan nada mengayun panjang) Padang (diucapkan pendek).
"Saaa...Te Pa-dang"
Meski hanya bertatap sekilas, ada bayang kelelahan di wajahnya.
Sayang, saya tidak terlalu suka sate Padang...dan kebetulan baru saja
menyantap makan malam.
Tiba-tiba, dari arah salah satu rumah, terdengar suara seorang pria
yang meniru lengkingan si penjual sate Padang. Kontan, kepala si penjual
itu langsung terangkat, penuh harap akan datangnya pelanggan. Dari raut
wajahnya yang cerah, terbayang bahwa sudah lama ia menantikannya.
Tetapi, setelah menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara, yang
ada hanya suara tawa terkekeh tanpa wujud. Kepalanya kembali tetunduk...
Di momen yang sama terbersit sebuah pikiran kecil di benak saya.
Betapa dengan mudah orang membuat lelucon tentang perjuangan hidup orang
lain. Menganggapnya sebagai suatu hal yang konyol, ketika di saat yang
sama apa yang kita tertawakan itu bermakna kehidupan bagi orang lain.
Sebut saja saya terlalu sensitif. Mungkin memang benar begitu.
Tetapi, kejadian di malam ini akan terus mengingatkan saya tentang arti
pepatah Jawa: Tepa selira. Menempatkan diri pada posisi orang lain,
untuk ikut berempati pada apa yang dirasakan oleh sesama kita.
Dan sesama di sini adalah setiap orang yang diizinkan hadir dan melintas
dalam kehidupan kita.
Rawamangun, Minggu, 18 Maret 2011, 21:00 WIB
Hidup itu seperti belajar berenang. Kemampuan pertama yang harus dikuasai adalah mengapung. Easier said than done! Makanya, saya masih belajar ;)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belajar Dari Jagung
Kisah ini saya tulis sebagai kenangan sekaligus ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kakak saya, Teguh dan istrinya Caec...
-
Menikmati Harmoni Alam di Jantung Pedalaman Kalimantan Barat Heaven on earth . Kesan ini layak ditujukan pada kecant...
-
"Mendengar 'auman' Kartini dalam simbolisasi Macan Kurung" Tak hanya diabadikan sebagai nama jalan raya, jejak ...
-
Vatadage Penggemar epos Ramayana mengenalnya dengan sebutan Alengka, tempat Raja Rahwana menyekap Shinta, kekasih Rama. Sementara it...
No comments:
Post a Comment