Teringat di suatu malam. Saat itu saya dapat jatah
voucher taksi untuk pulang lembur kantor. Seperti biasa, perjalanan pulang
selalu diisi cerita-cerita unik, mesteri (biasanya keluar di edisi hari Kamis malam) dan lucu dari Pak Sopir taksi berlogo burung itu. Kali ini, pilihan terakhirlah yang saya
dapat dari Pak Nana. Berawal dari sebuah pertanyaan yang ditujukan pada saya.
"Sudah Mba, nggak ada yang ketinggalan?"
"Yes, Pak, aman," jawab saya pede.
"Siap, kita jalan sekarang ya, Mba," timpal Pak Nana."Maaf ya Mba, kalau saya cerewet mengingatkan," sambungnya.
Saya terkekeh. "Nggak papa lah Pak, justru membantu," jawab saya yang sudah sangat berpengalaman dengan urusan barang ketinggalan, di mana saja, dan kapan saja.
"Soalnya, pernah nih Mbak Naomi, saya mengantar salah
satu produser perempuan dari stasiun TV *CT*. Tujuannya ke Bandara Soekarno
Hatta. Mau ke luar negeri naik SQ. Jadwal pesawat take off jam 11 siang.
Seperti biasa, saya selalu mengingatkan penumpang untuk melakukan check dan
recheck, sebelum mobil meluncur.
"Ada yang kelupaan Mbak?" tanya saya.
"Nggak ada Pak," jawab si Mbak cepat, tanpa mengecek ulang.
"Coba dicek sekali lagi Mbak. Mumpum di
sini," ulang saya, melihat si Mbak yang stel yakin.
"Nggak perlu Pak," kata si Mbak.
"Yakin?" tanya saya lagi.
"Ya. Nggak perlu dicek.
Nggak ada yang ketinggalan. Yakin 100%," kata si Mbak, super pede.
"Entah kenapa, kok hati saya nggak sreg waktu dia bilang begitu. Tapi karena dia yakin sekali, akhirnya saya tancap gas," lanjut saya. Dalam hati saya bilang, wah, asyik juga nih si Mbak. Eh,...ternyata saya yang dibikin asyik! Pas sampai depan pintu tol masuk ke arah
Bandara, tiba-tiba saya diminta menepi.
"Eh, bentar Pak. Waduh jaket saya
ketinggalan!" kata si Mbak.
"Wah, kalau cuma jaket sih, mending direlakan, karena
waktu sudah mepet," saran saya. Takutnya dia ketinggalan pesawat. Apalagi untuk penerbangan
internasional waktunya ketat, dua jam sebelum boarding harus ada di tempat.
"Masalahnya, tiket pesawat saya ada di kantong
jaket itu Pak..." kata si Mbak panik luar biasa.
Padahal, sepanjang jalan Si Mbak
sudah telepon sana-sini mengingatkan semua krunya yang ada 7 orang! Eh,
ternyata, dirinya sendiri yang telat!
"Lha, Mbak-nya tadi sudah
saya minta cek sampai tiga kali katanya nggak ada yang ketinggalan. Yakin
100%?" kata saya jengkel.
Akhirnya kami balik lagi ke arah rumah si Mbak produser. Setelah memperhitungkan waktu, dan jalanan Jakarta yang macet, saya
putuskan untuk menurunkan si Mbak di pintu tol Semanggi. Lalu meminta dia untuk
melanjutkan dengan ojek supaya lebih cepat. Saya menunggu di situ. Tidak sampai 15 menit, si Mbak sudah sampai
lagi.
Pada saya dia cerita,"Wah, gila tuh tukang ojek, jalannya udah kayak
setan!"
Saya bilang sama dia,
"Tadi sengaja saya suruh jalan cepat, biar Mbaknya nggak terlambat. Mending sekarang Mbak cek online saja."
**Mendengar ini, saya langsung menyela cerita Pak
Nana. "Wah, Bapak hebat! Masih sempat kepikiran buat kasih saran check-in
online," salut saya, sambil memberikan applause.
Dengan agak tersipu, Pak Nana
merespons,"Ah, itu karena saya pernah dapat kasus serupa, dan penumpang
saya itu juga check-in online agar tidak terlambat."
Cerita Pak Nana pun berlanjut...
Dari situ kami langsung tancap
gas. Wah, saya sudah nggak sempat melihat speedo meter. Rasanya, saya jalan
dengan kecepatan lebih dari 140 km/jam waktu itu. Akhirnya, pas jam 11 kurang
10 menit kami sampai di pintu pemberangkatan internasional. Dan si Mbak,
mendapat toleransi karena sudah berhasil check-in online.
**Mendengar ini saya langsung
memberikan applause meriah**
"Eh, tapi ada lagi yang sama
konyolnya Mbak..." sambung Pak Nana tiba-tiba. "Oh, ya, gimana tuh
Pak?" tanya saya penasaran.
Begini, suatu kali saya ngantar ibu-ibu ke bandara
juga. Begitu masuk mobil, lagi-lagi, seperti biasa saya bertanya,"Maaf Bu,
udah dicek? Barangkali ada yang ketinggalan."
Si Ibu menjawab,"Sudah komplit Pak."
Kalau begitu, kita jalan ya Bu...
Di tengah jalan, tiba-tiba
ponselnya bunyi. Ternyata anak si Ibu, katanya kopernya ketinggalan! Untung
baru dua kilo jalan!
**Dengar ceritanya ini saya
langsung tertawa...ooohhh...andai saja dia tahu, kalau aku juga seorang PALUPI!
Ahahahahaha...**
Satu kalimat pungkasan Pak Nana yang saya camkan:
"Nggak ada salahnya melakukan check & re-check. Sepele memang Mbak, tapi kalau tidak dilakukan bisa bikin runyam!"
Kata-kata Pak Nana ini
mengingatkan saya pada sebuah ungkapan yang saya kenal melalui
lagu yang dinyanyikan oleh grup band asal Australia, favorit saya, Frente:
"The very start of everything hard
Could be the slip of a fingertip..."
(Song: Lonely by Frente)
Andai Pak Nana tahu, betapa pelupanya saya...Setidaknya malam itu saya diingatkan lagi untuk tidak jump into conclusion tanpa memeriksa kembali apakah kesimpulan saya itu sudah didukung fakta-fakta yang valid...atau saya akan berakhir dengan...merepotkan banyak orang...dan merugikan diri sendiri.