Saturday, 7 January 2017

Tuhan Atas Jerawat & Kutil

Courtesy of flickr.com

"Adakah masalah yang terlalu remeh atau sepele bagi Tuhan?"

Dalam salah satu kebaktian di GKI Layur, Bapak Pendeta (dari gereja lain) bertanya pada jemaat: “Bapak, Ibu, Saudara percaya kalau Tuhan bisa membetulkan kulkas Anda yang rusak?” Beberapa jemaat mulai mengerutkan dahi, saling melemparkan pandang sambil senyam-senyum. Padahal, wajah Pak pendeta tetap serius. Melihat jemaat yang cengar-cengir, ia mengulangi pertanyaannya sambil menambahkan, ”Anda mungkin menjawab, 'bisa' TAPI lewat bantuan tenaga teknisi.”

Sesampainya di rumah, ucapan Pak Pendeta ini terus terngiang di pikiran saya. Pada kenyataannya, jarang ada orang yang benar-benar menjawab dengan yakin “Ya, saya percaya Tuhan bisa membuat lemari pendingin saya berfungsi normal kembali!” Soalnya, akan lebih masuk akal untuk menelepon tenaga teknisi yang jelas-jelas terjangkau dan kasat mata, daripada menghubungi Tuhan. Hal ini pula yang terjadi pada saya ketika harus direpotkan dengan serangan jerawat parah dan kutil di wajah.

Problem jerawat ini terjadi ketika saya masih kuliah di tingkat ke-2. Masa senang-senangnya kuliah dan bergaul. Mejeng sana-mejeng sini, mencari perhatian. Namanya juga anak muda! Kemuculan jerawat yang memenuhi wajah – hampir 85 persen wajah saya tertutup jerawat – ini tentunya menjadi bencana “lokal” yang cukup signifikan buat saya. Yang harusnya bisa tampil keren, jadi tidak pede, apalagi kalau harus berhubungan dengan kakak senior yang jadi idola seluruh angkatan!

Demi mempertahankan eksistensi di pergaulan, otak kiri saya langsung berputar mencari cara tercepat untuk mengatasi masalah ini. Semua obat hasil rekomendasi teman sudah saya coba. Mulai dari obat dempul, jamu jawa, sampai sabun khusus wajah yang mengandung minyak ikan hiu alias squalan (mudah-mudahan pejuang Greenpeace memaafkan saya). Gara-gara ini saya sampai rela makan sehari dua kali untuk mengirit uang kiriman orang tua yang tersedot untuk biaya. Apalagi, ketika seorang teman menyarankan untuk ikutan terapi kulit di salon-salon kecantikan, yang katanya, paling terkemuka di Yogyakarta. Bukannya sembuh, jerawat malah makin parah!

Di tengah keputusasaan ini, saya mulai berteriak kepada Tuhan, Why God, why?? Lucunya, setelah berteriak seperti itu di depan cermin, saya jadi malu sendiri. Kok, baru sekarang nanya ke Tuhan? Ke mana ajaa??? Giliran sudah kepepet, baru deh, merengek-rengek sama Tuhan. Akhirnya, dengan sedikit malu, saya khusus berdoa agar Tuhan menuntun saya untuk menemukan obat jerawat yang tepat. Dan Dia membantu saya dengan hanya mengarahkan kedua mata saya hanya dan hanya pada sebotol obat jerawat di antara belasan pilihan lain yang berjajar di sekitarnya.

Mungkin cerita saya ini terdengar absurd, tapi percayalah, benar-benar seperti itulah kejadiannya. Sebuah pilihan yang sebelumnya tidak pernah terlintas di kepala saya. Obat ini dijual pasaran, dan tidak perlu resep dokter untuk menebusnya. Harganya juga relatif terjangkau, di masa itu hanya delapan ribu rupiah saja. Tetapi, hanya dalam waktu kurang dari 2 minggu, jerawat yang selama tiga bulan lebih bersarang di wajah saya lenyap beserta jejak-jejaknya! Coba sejak awal saya bertanya pada Tuhan, saya tidak perlu keluar uang banyak untuk berobat di salon kecantikan yang ternyata tidak menyembuhkan!

Belum lama ini, saya punya pengalaman yang sama dengan masalah kutil di wajah. Kutil ini makin besar dan menghitam. Teman saya merekomendasikan untuk melakukan operasi di dokter kulit langganannya. Biayanya memang tidak sedikit, tapi saya lebih takut pada proses operasinya sendiri. Soalnya, letak kutil ini di antara batang hidung dan mata. Padahal, di daerah mata banyak syaraf-syaraf halus. Belajar dari pengalaman lalu, akhirnya saya memutuskan untuk mendoakan kutil saya ini. Dan memohon agar Tuhan bekerja melalui obat jerawat yang saya miliki, sehingga kutil ini bisa hilang.

Sama seperti dulu, olesan obat yang disertai doa ini berhasil melenyapkan kutil yang tadinya sempat sebesar biji kacang hijau dan menghitam. Sekarang, saya tidak bisa menemukan jejaknya! Mendengar cerita saya, salah seorang teman gereja yang memiliki masalah sama, tertarik mempraktikkan cara ini. “Benar lho, kekuatan doa itu manjur! Sekarang kutilku sembuh dan hilang!” katanya pada saya suatu hari.

Sebelum salah sangka, sharing ini sama sekali tidak bertujuan untuk mengesampingkan bantuan medis. Atau menegasikan sama sekali akal budi manusia yang dikaruniakan oleh Tuhan. Sama sekali tidak. Sebaliknya, semua pengalaman ini merupakan gambaran dari partnership harmoni antara manusia dan Penciptanya. Iman saya makin diperkuat, bahwa Tuhan bekerja secara nyata dalam kehidupan kita. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan, Selama itu menyangkut hidup Anda dan saya, makhluk ciptaan-NYA yang menjadi biji mata-NYA, maka tidak ada satu hal yang terlalu remeh bagi Tuhan. 

Allah tidak hanya peduli pada masalah-masalah atau hal-hal yang besar dalam hidup kita, tapi DIA juga Allah bagi hal-hal yang kecil, yang mungkin dipandang sebelah mata oleh manusia. Sebelum heboh curhat dan cari solusi ke sana ke mari, dan kemudian berakhir menjadi bahan gosip dan tertawaan, lebih baik berlari pada Tuhan dan bertanya pada-NYA. Libatkan Tuhan sejak sebelum mengambil keputusan. Percayalah, Dia hanya sejauh doa. Selamat bertanya pada Tuhan dan menemukan solusi dari-NYA. Selamat mencoba! ;)
  

No comments:

Post a Comment

Belajar Dari Jagung

Kisah ini saya tulis sebagai kenangan sekaligus ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kakak saya, Teguh dan istrinya Caec...