Wednesday, 4 January 2017

Hidup Hingga 120 Tahun


"Dalam satu dasarwarsa ke depan diperkirakan 388 juta jiwa melayang akibat serangan penyakit menahun."

           “Panjang umur saja tidak cukup. Tetapi menjadi tua, sehat, dan tetap memiliki hidup yang berkualitas, ini lah yang harus menjadi cita-cita setiap orang,” tegas dokter dan penulis buku serta rubrik kesehatan dr. Hendrawan Nadesul, saat mengungkap konsep Healthy Aging dalam acara Persekutuan Kaum Muda (PKM) di GKI Layur. Sebab, pada dasarnya umur biologis manusia adalah 120 tahun! Tetapi, gaya hidup yang salah, bisa membuat tubuh manusia menjadi sarang penyakit. Akibatnya, para ahli memperkirakan bahwa dalam 10 tahun ke depan, sekitar 388 juta jiwa manusia melayang karena penyakit menahun!

MENGENAL TUBUH
Tak kenal, maka tak sayang. Ungkapan ini tak cuma berlaku dalam urusan relasi antar manusia, tapi juga dibutuhkan dalam menjalin relasi mutualisma atau saling menguntungkan dengan tubuh kita. Masalahnya, seberapa baik kita mengenal tubuh yang telah dikaruniakan Tuhan bagi kita?
            Untuk menjawab pertanyaan di atas, dokter Hendrawan mengajukan sebuah pertanyaan sederhana tentang gigi. Berapa jumlah gigi manusia? Bagi kita yang telah mendapatkan ilmu biologi di sekolah dengan mudah menjawab: 32. Benar! “Tetapi, dari sekian banyak gigi, Tuhan hanya membekali kita dengan empat gigi taring, dua di bagian atas, dua lagi di bagian bawah. Apa artinya?” Tanya Dokter yang telah mempublikasikan 79 buku kesehatan itu kepada para pemuda dan beberapa bapak-bapak yang ikut hadir di ruang kebaktian umum sore itu.
Mendengar pertanyaan ini kami semua langsung terdiam. Jangankan tahu jawabannya, pernah terpikir untuk menanyakannya saja tidak! Kenapa? Karena kita merasa sudah begitu lah seharusnya gigi diciptakan. Sikap “take it for granted” ini membuat kita tidak pernah kepikiran untuk menggali informasi lebih dalam terhadap setiap fakta yang ada di balik keberadaan tubuh kita.
Melihat kediaman kami, dokter Hendrawan melanjutkan penjelasannya. Sebenarnya, pertanyaannya ini dimaksudkan untuk mengungkap bahwa desain gigi kita menggambarkan proporsi jenis asupan makanan bagi kita. Gigi taring didesain khusus untuk mengoyak jenis makanan tertentu, seperti daging. "Karena jumlahnya hanya empat, atau 1/8 saja dari keseluruhan gigi, maka bisa dikatakan sebanyak itu pula porsi daging yang ada dalam menu kita,” terang dokter Hendrawan. Sisanya, adalah 8 atau ¼ bagian gigi seri yang berfungsi untuk memegang dan memotong buah-buahan, dan 20 atau 60% gigi geraham untuk mengunyah sayuran dan kacang-kacangan sumber karbohidrat.
“Dengan 1/8 porsi daging, ¼ porsi buah-buahan, dan 60% sayur-sayuran serta karbohidrat. Jadi yang porsinya lebih besar adalah buah, sayur, dan karbohidrat!” ujar dr. Hendrawan menjelaskan analoginya. Setelah dipikir, benar juga apa kata beliau. Selama ini kita sering menganut pola makan tidak seimbang yang lebih didominasi oleh lauk daging-dagingan dan kerap mengabaikan sayuran serta buah.

SEHAT ITU INVESTASI
Dalam salah satu kesempatan, mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew pernah berujar, “Kesehatan adalah pemberian Tuhan.” Baru bertahun-tahun kemudian, di usianya yang ke-85, ia menyesali ucapannya sendiri. Kebiasaannya merokok, minum-minuman keras, makan-makanan yang tidak sehat dan istirahat yang kurang telah menumpukkan sumbatan lemak dan kerak pada pembuluh darahnya.
“Proses penyempitan pembuluh darah ini berlangsung selama puluhan tahun. Dalam setahun penebalannya mencapai 2%,” jelas dr. Hendrawan. Kenyataan ini sangat menyedihkan. Di masa ketika orang mulai bersantai dan menikmati segala pencapaian hidupnya, Lee malah direpotkan oleh berbagai keluhan fisik dan incaran penyakit mematikan, seperti stroke, jantung koroner, dan hipertensi.
Kutipan cerita yang disampaikan Hendrawan di atas merupakan contoh nyata, betapa kita kerap memandang tubuh sebagai pemberian cuma-cuma yang tidak membutuhkan perlakuan khusus. Benar, bahwa tubuh, seperti halnya hidup, adalah karunia Tuhan. Tetapi bagaimana kita memperlakukan tubuh dan mengisi hidup, menjadi bagian kita. Hal ini menyangkut sejauh mana kita menjalankan mandat Allah, dan apakah kita telah menggunakan kehendak bebas yang dikaruniakan Allah dengan penuh tanggung jawab?
Tuhan telah memberikan kemampuan kepada kita untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Tuhan telah menuangkan panduan hidup, baik secara jasmani, spiritual, maupun rohani melalui kitab suci. Sayangnya, gaya hidup manusia tidak berpadanan dengan tuntunan yang terdapat dalam kitab suci. Demi mengejar target karier, orang bekerja siang malam tanpa jeda istirahat yang cukup.
Padahal, secara alami, tubuh kita memiliki waktu kerja, atau the body clock. Misalnya, pada malam hari, ketika sinar matahari meredup dan hilang, tubuh secara alami akan mengeluarka hormon serotonin yang membuat tubuh menjadi relaks. Tujuannya, untuk mengistirahatkan seluruh sistem tubuh. Di saat kita beristirahat dan tidur ini lah tubuh melakukan proses peremajaan atau regenerasi sel-sel – mengganti sel yang rusak dengan yang baru. Sehingga keesokan harinya, kita bisa bangun dengan badan yang segar.
Namun, apa jadinya jika jam istirahat yang berkualitas tersebut terampas oleh lemburan pekerjaan kantor atau tugas sekolah dan kuliah? Jadi, jangan salahkan Allah jika, pilihan hidup Anda yang tidak sehat ini mendatangkan rentetan penyakit pada tubuh Anda!“ Otobiografi setiap manusia ditentukan oleh apa yang kita makan, kerjakan, jalankan, dan bagaimana kita memperlakukan tubuh selama ini. Sehat itu investasi!” tegas Hendrawan yang masih terlihat bugar di usianya yang ke-61. Menurutnya, belum terlambat bagi kita untuk mulai berinvestasi sehat dengan menjalankan pola hidup sehat sejak sekarang! 



**Tulisan saya ini pernah dimuat di Buletin Cermin GKI Layur, November 2010 

No comments:

Post a Comment

Belajar Dari Jagung

Kisah ini saya tulis sebagai kenangan sekaligus ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kakak saya, Teguh dan istrinya Caec...