"Dalam satu dasarwarsa ke depan diperkirakan 388 juta jiwa melayang akibat serangan penyakit menahun."
“Panjang umur saja tidak cukup.
Tetapi menjadi tua, sehat, dan tetap memiliki hidup yang berkualitas, ini lah
yang harus menjadi cita-cita setiap orang,” tegas dokter dan penulis buku serta
rubrik kesehatan dr. Hendrawan Nadesul,
saat mengungkap konsep Healthy Aging
dalam acara Persekutuan Kaum Muda (PKM) di GKI Layur. Sebab,
pada dasarnya umur biologis manusia adalah 120 tahun! Tetapi, gaya hidup yang
salah, bisa membuat tubuh manusia menjadi sarang penyakit. Akibatnya, para ahli
memperkirakan bahwa dalam 10 tahun ke depan, sekitar 388 juta jiwa manusia
melayang karena penyakit menahun!
MENGENAL TUBUH
Tak
kenal, maka tak sayang. Ungkapan ini tak cuma berlaku dalam urusan relasi antar
manusia, tapi juga dibutuhkan dalam menjalin relasi mutualisma atau saling
menguntungkan dengan tubuh kita. Masalahnya, seberapa baik kita mengenal tubuh yang
telah dikaruniakan Tuhan bagi kita?
Untuk menjawab pertanyaan di atas,
dokter Hendrawan mengajukan sebuah pertanyaan sederhana tentang gigi. Berapa
jumlah gigi manusia? Bagi kita yang telah mendapatkan ilmu biologi di sekolah
dengan mudah menjawab: 32. Benar! “Tetapi, dari sekian banyak gigi, Tuhan hanya
membekali kita dengan empat gigi taring, dua di bagian atas, dua lagi di bagian
bawah. Apa artinya?” Tanya Dokter yang telah mempublikasikan 79 buku kesehatan itu
kepada para pemuda dan beberapa bapak-bapak yang ikut hadir di ruang kebaktian
umum sore itu.
Mendengar pertanyaan ini kami semua
langsung terdiam. Jangankan tahu jawabannya, pernah terpikir untuk
menanyakannya saja tidak! Kenapa? Karena kita merasa sudah begitu lah
seharusnya gigi diciptakan. Sikap “take
it for granted” ini membuat kita tidak pernah kepikiran untuk menggali
informasi lebih dalam terhadap setiap fakta yang ada di balik keberadaan tubuh
kita.
Melihat kediaman kami, dokter
Hendrawan melanjutkan penjelasannya. Sebenarnya, pertanyaannya ini dimaksudkan
untuk mengungkap bahwa desain gigi kita menggambarkan proporsi jenis asupan
makanan bagi kita. Gigi taring didesain khusus untuk mengoyak jenis makanan
tertentu, seperti daging. "Karena jumlahnya hanya empat, atau 1/8 saja dari
keseluruhan gigi, maka bisa dikatakan sebanyak itu pula porsi daging yang ada
dalam menu kita,” terang dokter Hendrawan. Sisanya, adalah 8 atau ¼ bagian gigi
seri yang berfungsi untuk memegang dan memotong buah-buahan, dan 20 atau 60%
gigi geraham untuk mengunyah sayuran dan kacang-kacangan sumber karbohidrat.
“Dengan 1/8 porsi daging, ¼ porsi
buah-buahan, dan 60% sayur-sayuran serta karbohidrat. Jadi yang porsinya
lebih besar adalah buah, sayur, dan karbohidrat!” ujar dr. Hendrawan menjelaskan
analoginya. Setelah dipikir, benar juga apa kata beliau. Selama ini kita sering
menganut pola makan tidak seimbang yang lebih didominasi oleh lauk
daging-dagingan dan kerap mengabaikan sayuran serta buah.
SEHAT ITU INVESTASI
Dalam
salah satu kesempatan, mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew pernah berujar, “Kesehatan adalah pemberian Tuhan.”
Baru bertahun-tahun kemudian, di usianya yang ke-85, ia menyesali ucapannya
sendiri. Kebiasaannya merokok, minum-minuman keras, makan-makanan yang tidak
sehat dan istirahat yang kurang telah menumpukkan sumbatan lemak dan kerak pada
pembuluh darahnya.
“Proses penyempitan pembuluh darah ini
berlangsung selama puluhan tahun. Dalam setahun penebalannya mencapai 2%,”
jelas dr. Hendrawan. Kenyataan ini sangat menyedihkan. Di masa ketika orang
mulai bersantai dan menikmati segala pencapaian hidupnya, Lee malah direpotkan
oleh berbagai keluhan fisik dan incaran penyakit mematikan, seperti stroke, jantung koroner, dan hipertensi.
Kutipan cerita yang disampaikan
Hendrawan di atas merupakan contoh nyata, betapa kita kerap memandang tubuh
sebagai pemberian cuma-cuma yang tidak membutuhkan perlakuan khusus. Benar,
bahwa tubuh, seperti halnya hidup, adalah karunia Tuhan. Tetapi bagaimana kita
memperlakukan tubuh dan mengisi hidup, menjadi bagian kita. Hal ini menyangkut
sejauh mana kita menjalankan mandat Allah, dan apakah kita telah menggunakan
kehendak bebas yang dikaruniakan Allah dengan penuh tanggung jawab?
Tuhan telah memberikan kemampuan
kepada kita untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Tuhan telah menuangkan
panduan hidup, baik secara jasmani, spiritual, maupun rohani melalui kitab
suci. Sayangnya, gaya hidup manusia tidak berpadanan dengan tuntunan yang
terdapat dalam kitab suci. Demi mengejar target karier, orang bekerja siang
malam tanpa jeda istirahat yang cukup.
Padahal, secara alami, tubuh kita
memiliki waktu kerja, atau the body clock.
Misalnya, pada malam hari, ketika sinar matahari meredup dan hilang, tubuh
secara alami akan mengeluarka hormon serotonin yang membuat tubuh menjadi
relaks. Tujuannya, untuk mengistirahatkan seluruh sistem tubuh. Di saat kita
beristirahat dan tidur ini lah tubuh melakukan proses peremajaan atau
regenerasi sel-sel – mengganti sel yang rusak dengan yang baru. Sehingga
keesokan harinya, kita bisa bangun dengan badan yang segar.
Namun, apa jadinya jika jam istirahat
yang berkualitas tersebut terampas oleh lemburan pekerjaan kantor atau tugas
sekolah dan kuliah? Jadi, jangan salahkan Allah jika, pilihan hidup Anda yang
tidak sehat ini mendatangkan rentetan penyakit pada tubuh Anda!“ Otobiografi setiap manusia ditentukan
oleh apa yang kita makan, kerjakan, jalankan, dan bagaimana kita memperlakukan
tubuh selama ini. Sehat itu investasi!” tegas Hendrawan yang masih terlihat
bugar di usianya yang ke-61. Menurutnya, belum terlambat bagi kita untuk mulai
berinvestasi sehat dengan menjalankan pola hidup sehat sejak sekarang!
**Tulisan saya ini pernah dimuat di Buletin Cermin GKI Layur, November 2010
No comments:
Post a Comment