Berakhirnya 30 tahun konflik dengan Macan Tamil 18 Mei 2009 membawa optimisme baru di kalangan warga Sri Lanka. Gegap gempita warga dan ratusan pawai sepeda motor yang membunyikan klakson memenuhi jalan-jalan raya di seluruh Sri Lanka, merayakan kebebasan mereka dari teror Macan Tamil (LTTE: Liberation Tigers of Tamil Eelam).
Pesta
rakyat ini terjadi sesaat setelah Velupillai
Prabhakaran, pemimpin gembong LTTE dinyatakan terbunuh dalam sebuah
pertempuran dengan tentara Sri Lanka. Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa
menggunakan kesempatan ini untuk mengumumkan “kemerdekaan” Sri Lanka dari LTTE.
Berdoa Untuk Kedamaian di Sri Lanka Baru |
“Kini
kami bisa melepas anak-anak ke sekolah dengan hati tenang, tanpa khawatir
terhadap ancaman bom bunuh diri yang bisa terjadi di mana saja,” ujar Kumar.
Kedamaian baru ini juga membawa hawa positif bagi dunia pariwisata Sri Lanka.
“Sejak dua bulan terakhir hunian kamar
meningkat dari 35 % ke 48 %. Saya optimis bahwa di akhir tahun jumlah
ini akan melonjak hingga 500 ribu orang,” ungkap Fernando, GM Hotel Chaaya
Citadel.
Meski di sana-sini masih terlihat penjagaan tentara, namun sikap ramah mereka tidak membuat kami merasa terintimidasi. Bahkan beberapa diantaranya senang diajak berfoto bersama, atau tidak keberatan ketika saya minta tolong untuk difotokan. “Kedamaian ini benar-benar membawa kebaikan, apalagi bagi kami para pedagang,” ungkap Gazali, pemilik lapak yang menjual cinderamata di pinggiran jalan dekat Pettah market, Colombo.
Ketua Sri Lankan Tourism Development Authority
menyikapi optimisme ini dengan melakukan perbaikan terhadap faktor akomodasi.
“Kini Sri Lanka memiliki sekitar 15 ribu kamar penginapan, dan separuh
diantaranya masih perlu diperbaiki. Sementara itu untuk memenuhi target 2,5
juta pengunjung di tahun 2016, kami akan menambah sekitar 35 ribu kamar lagi,”
jelas Berbard AB Goonetilleke saat ditemui di ruang kerjanya.
Dua tentara mengobrol santai usai menikmati sunset |
Meski di sana-sini masih terlihat penjagaan tentara, namun sikap ramah mereka tidak membuat kami merasa terintimidasi. Bahkan beberapa diantaranya senang diajak berfoto bersama, atau tidak keberatan ketika saya minta tolong untuk difotokan. “Kedamaian ini benar-benar membawa kebaikan, apalagi bagi kami para pedagang,” ungkap Gazali, pemilik lapak yang menjual cinderamata di pinggiran jalan dekat Pettah market, Colombo.
No comments:
Post a Comment